CARA BERFIKIR YANG BAIK
PENDAHULUAN
1. Berfikir
Secara Logis
Setiap kita selalu berfikir, rasa – rasanya berfikir
itu begitu mudah, setiap hari sebelum dan sesudah kita tidur selalu mengalami
konflik batin. Konflik batin terjadi manakalah kita mempunyai dua pilihan
sedangkan dua pilihan itu tidak bisa kita putuskan.
Contoh:
Kemarin anda berjanji dengan seorang teman, bahwa hari
ini anda berusaha menemui dia dirumahnya. Tetapi kerena hari ini hujan turun
lebatnya, maka anda tidak bisa keluar rumah maka apa yang terjadi pada diri
anda. Anda tidak tenang, batin anda selalu memikirkan, bagaimana kalau dating
kesana sedang hari masih hujan, kalau tidak datang bagaimana dengan teman anda
itu, nah, itu termasuk gejolak konflik batin.
Berfikir kelihatannya sangat mudah, karena sejak kecil
kitapun berfikir. Tetapi berfikir yang bagaimana? Memang, berfikir itu muda
jika kita tidak menggunakan akal dan tidak menggunakan fakta. Tetapi berfikir
dengan cermat dan teliti tentu sangat sukar. Kita dituntut untuk memperhatikan
fakta yang ada lalu menarik kesimpulan akan kebenaran.
Anak kecil yang masik mulai berjalanpun bisa berfikir
tetapi berfikir yang tidak menggunakan penalaran. Namun bagi kita, orang yang
dewasa dengan pengalaman banyak, tentu kita harus berfikir secara logis dan
perlu sikap yang teliti.
2. Berfikir
Sembrono
Berfikir tanpa adanya penalaran adalah tak ubahnya
bagaikan seekor harimau yang terkecoh oleh kancil yang cerdik. Tanpa berfikir
secara matang. Harimau tidak menolak pemberian kancil. Dia diberi buah – buahan
yang merekah, lalu tanpa berfikir lebih banyak harimau itu memakannya, maka tak
lama mulut harimau itu terasa pedas dan panas, buah yang diberikan kancil itu
ternyata tidak manis rasanya tetapi pedas, karena yang dimakan harimau itu
adalah buah lombokyang berwarna merah. Itu sekedar contoh perbedaan orang yang
berfikir secara sungguh – sungguh dengan orang yang hanya berfikir sekedar
saja.
Berfikir
secara sembrono akan mengakibatkan suatu yang fatal bagi kehidupan kita, jangan
lah memutuskan persoalan dengan cara gegabah. Hendaknya anda berfikir lebih
dulu baru kita tarik kesimpulan. Setelah kesimpulan anda itu benar – benar
pasti dan masuk akal maka laksanakan pekerjaan itu.
Contoh:
Seorang
supir yang berjalan dengan kecepatan tinggi pastia akan mengalami kecelakaan
bila dia tidak memperhatikan haluan yang ada didepannya. Sembrono dan ceroboh.
Dengan keadaan yang seperti itu hendaknya si sopir tersebut bisa memikirkan
bagaimana bila kedaraan yang ada didepannya itu disalipnya. Apa di depan sana
tidak ada mobil yang berlawanan arahnya. Dengan perhitungan yang matang tentu
dia akan selamat dari kecelakaan.
Seorang teman saya pernah mengeluh karena
perusahaannya jatuh pailit. Lapangan usahannya mengalami kemerosotan disebabkan
oleh keteledorannya dalam memimpin sebuah perusahaanitu. Karena dia croboh dan
gegabah memutuskan persoalan transaksi jual beli. Tanpa dipikirkannya secara
mendalam, maka usahanya mengalami gulung tikar.
Ada pula cerita yang berkaitan erat dengan sikap
sembrono. Tardi seorang karyawan di sebuah pabrik penggrajian kayu. Dan dia
lama bekerja disana, malah dia sekarang dipercaya untuk memegang gergaji
raksasa itu sudah nampak tua tapi tardi malah biarkan saja, menurut tardi baut
itu mash kuat untuk menahan gergaji tersebut. Akan tetapi ketika dia
menjalankan mesin gergaji tersebut, telah mulai bergerak tak disangka barang
tersebut jatuh dan menimpah tangan tardi hingga akhirnya patah, itulah
akibatnya karena tidakan yang gegabah dan sembrono maka bahaya bisa menimpah
dirinya.
Maka sebelum
bertindak sebaiknya diteliti dulu pekerjaan kita, jang bersikap sembrono dan
gegabah / menggap enteng suatu barang. Apabila anda berfikap sembrono, maka
maut akan menimpah kita.
BERFIKIR
SECARA NALAR
1. Berfikir
Secara Nalar
Berfikir secara nalar maksudnya ialah berfikir tepat
dan jitu. Berfikir yang memerlukan otak untuk memilih – milih sesuatu yang
sesuai dengan patokan logika. Melihat kenyataan pada diri kita lalu
menggabungkan sebab dan akibat. Artinya setian apa yang kita perbuat hendaknya
hendaknya disesuikan dengan keadaan yang ada pad diri kita, bila hal tersebut
cocok dengan kenyataan dan andaikata dikerjakan bisa mengakibatkan keuntungan
maka laksanakan hal tersebut.
Seandainya kita mempunyai pikiran dan cita – cita
untuk membeli suatu mobil yang harganya sangat tinggi bagi diri kita, maka
sebaiknya kita tinggalkan saja karena tidak cocok dengan kenyataan yang ada.
Bila hal itu kita paksakan, maka kita sendiri yang sengsara.
Berfikir nalar adalah melihat diri sendiri berfikir
tentang menarik akibat dan menarik kesimpulan. Janganlah berfikir dengan emosi,
karena keinginan yang membara maka anda tidak melihat sisi yang lain. Itulah
sebabnya, mengapa seseorang yang telah berhasil kemudian tiba – tiba mengalami
depresi yang hebat, mengalami kemerosotan kekayaan bahkan depresi jiwapun akan
terpengaruh juga.
Janganlah anda yakin dengan kebenaran yang telah anda
fikir kan sebelum anda menarik kesimpulan. Dan sebaiknya gagasan yang anda
anggap benar itu lebih dulu anda lontarkan kepada orang lain yang dapat kita
percaya untuk menilai anggapan anda.
Usahakan kesimpulan itu bersifat sungguh – sungguh
pasti, tidak ada pengaruh dari luar yang dapat menggoyangkan jalan pikiran anda
atau kepastian kesimpulan. Hal – hal mempengaruhi kepastian didalam menarik kesimpulan
ialahrasa emosi yang meluap – luap, rasa ingin memiliki atau melaksanakan yang
membara, rasa senang, benci dan lain sebagainya. Disamping itu pemikiran juga
mengenal system problem. Maksudnya tidak menutup diri dalam berfikir atau
menarik kesimpulan. Selalu mempunyai kemungkinan informasi dari luar pemikiran
yang mungkin berubah keputusan yang kita ambil.
Suatu kesimpulan itu pasti apabila kita tahu dengan
positif. Tanpa ragu – ragu bahwah kesimpulan yang kita tarik itu benar, dan
bahwa kesimpulan atau ucapan yang mengatakan sebaliknya itu salah. Tingkat
kepastian itu dicapai tergantung dari cara bagaimana dari hal yang dibuktikan.
Bagaimana hubungan titik pangkal dan kesimpulan dan kekuatan – kekuatan alasan
kita.
Adapun
pedoman berfikir secara nalar itu, ada beberapa hal yakni:
1.
Anda harus
berfikir secara kritis. Sebuah keterangan yang takpasti hendaknya jangan
percaya begitu saja.
2.
Sebelum
bertindak, sebaiknya anda harus berfikir lebih dahulu untuk beberapa saat.
3.
Pandangan
anda harus luas dari pada pikiran kita sendiri. Waspadalah terhadap prasangka –
prasangka sendiri. Jangan menganggap benar apa yang kita sukai dan menolak apa
yang kita benci.
4.
Pikirkanlah
dua kali. Jangan gegabah menarik kesimpulan atau mengemukakan pendapat seakan –
akan merupakan kebenaran mutlak.
5.
Bersikaplah
terbuka. Mungkin pendapat anda perlu dikoreksi atau ditinggalkan sama sekali
atas dasar informasi baru.
6.
Hendaknya
anda memikirkan jangka panjang dan berpandangan luas.
7.
Bersikaplah
kritis, apa yang dikemukakanorang lain. Adakan cekking juga tehadap pendapat
diri sendiri.
8.
Bersikaplah
optimis, carilah segi – segi positif dalam segala hal dan berdiskusi juga dalam
hal berfikir bersikap simpatik terhadap orang lain.
9.
Bersikaplah
jujur, orang dapat belajar banyak sekali dari kesalahannya sendiri asal
disadari dan diakui.
10. Bekerja dan berfikir secara teratur dan terencana.
2. Dengan
Perkataan, Pemikiran Itu Terlontar
Berfikir telah dirumuskan sebagai berbicara dengan
diri sendiri didalam batin. Manusia berfikir dengan mengunakan konsep atau
pengertian – pengertian. Serta tidka perlu diucapkan dengan kata lisan atau
tulisan. Tetapi apabila kiat fikirkan itu hendaknya diberitahukan kepada oarng
lain. Maka isi pikiran itu harus dinyatakan dilahirkan dan di ucapkan. Adapun
bila kita lontarkan pikiran pada orang lain tersebut bermacam – macam cara
yakni dengan tanda – tanda atau dengan kata – kata. Jadi bahasa adalah alat
untuk menyatakan isi pikiran, keduanya saling mengadakan hubungan timbale
balik.
Maka berfikir itu tidak dapat dilihat oleh seseorang
apa yang anda pikirkan sekarang saya tak akan dapat mengetahuiny. Apa yang
berkecambuk dalam batik anda orang lain tak akan mengetahui hal itu. Kadang
mereka termenung tetapi hatinya gembira atau kadang dia nampak ceria tapi
hatinya remuk redam.
Diatas telah dikatakan bahwa kata – kata atau bahasa
adalah alat bantu untuk menyatakan pikiran kita yang mulanya oaring lain yang
tidak mengetahuinya, akhirnya tahu karena dapat kita ungkapkan dengan kata
tersebut. Kata adalah tanda lahir yang menunjukan baik barang – barang
(kenyataan) maupun pengertian – pengertian kita tentang barang – barang itu. Meskipun
demikian tak semuanya oaring dapt mengungkapkan kata hatinya dengan jelas dan
sempurna. Betapa sulitnya menuliskan pemgalaman pribadi dalam sebuah kertas.
Sebenarnya didalam hati banyak ide ternyata berhenti ditengah jalan.
Seorang pengarang, berusahan berusaha mengungkapkan
perasaan lewat tulisan. Ini berate pengarang tersebut berpendapat, bahwa
apabila tidak saya ungkapkan lewat kata mungking oarng lain tidak akan tahu apa
yang saya rasakan, gejolak ahati saya tyang meledak – ledak dan sebagainya.
Ungkapan atau paparan yang dilontarkan pengarang itu lazim disebut kata tulis. Begitu
juga seoarang da’i, dia berusaha agar orang lain mengerti apa yang ada didalam
hatinya. Diatas mimbar dia menyusun kata – kata yang enak didengar para
hadirin. Tanpa kata – kata mungkin da’i tidak bisa melontarkan gagasannya atau
pemikirannya. Kata – kata yang disampaikan oleh da’i itu bukan kata tulisan
melaikan kata lesan atau pembicaraan.
Jadi, berfikir dengan jelas dan tepat menuntut
pemakaian kata – kata yang tepat pula, bahasa adalah laksana alat pemikiran
yang kalau sungguh – sungguh kita kuasai dan kita pergunakan dengan tepat. Akan
dapat membantu untuk memperoleh kecakapan dalam berfikir dengan lurus.
Orang tak dapat mungkin berbicara dengan baik serta
tak dapat melontarkan pemikiran dengan sempurna bila tidak mempunyai kata –
kata. Juga, seseorang tidak akan bisa berfikir dengan tepat tanpa adanya
pengertian – pengertian. Maka pekerjaan akal kita yang pertama adalah harus
mengerti tentang kenyataan yang kita saksikan. Pada dasarnya semua yang kita
alami dan kita lihat, baik mahluk hidup maupun mati tentu ada namanya sendiri –
sendiri. Ini namanya meja. Itu warnanya merah, kuning atau hijau, untuk istilah
barang kita bentuk istilah lainnya sendiri.
Apabila ada orang berbicara sebuah kursi maka bayangan
kita sudah mengatakan bahwa kursi itu begini, berkaki empat bukan untuk menulis
tetapi untuk duduk, begitu juga dengan oaring yang melontarkan kata kuning yang
mencoloktentu kita sudah bisa berfikir bahwa warna itu adalah warna yang tidak
gelap, dia pasti cerah sekali.
Maka bila kita hendak bicaraatau melontarkan suatu
syarat yang paling utama adalah kita harus mengerti dengan jelas tentang arti
kata – kata, yang kita pakai apa maknanya, apa isinya dan bagaimana barangnya.
Seringkali orang yang memakai kata – kata yang
berlainan untuk menunjukkan kenyataan atau pengertian yang sama missal biaya
ongkos – ongkos, bulan dan sebagainya seringkali sukar untuk menemukan istilah
yang cocok, yang dapat menggambarkan dengan jelas dan tepat apa yang terkandung
dalam diri kita, dengan nilai rasa yang maksudnya.
Lebih –
lebih dapat kita jumpai dalam suatu pembicaraan. Sering terjadi salah paham
diantara kita karena kata yang kita pakai untuk menyatakan pengertian tertentu
itu bertentangan dengan arti yang terdapat dalam pikiran orang lain. (dalam
pikiran orang lain dihubungkan dengan pengertian yang lain pula).
Kalau anda menjumpai kata fery itu nakal, maka
terlintas dalam fikiran kita fery adalah seorang anak manusi yang mempunyai
kelakuan nakal. Entah nakal melanggar peraturan lalu lintas, peraturan tata
tertib sekolah atau membangkang perintah orang tuanya. Pokonya, kata nakal adalah
mencakup beberapa arti. Akan tetapi ada yang menafsikan yang lain, itulah
sebabnya sehingga terjadi salah paham dan tidak ada kesinambungan.
Berfikir dengan logis maka hendaknya anda jangan ikut
– ikutan memakai kata – kata atau selogan – selogan tanpa menyadari sungguh –
sungguh arti kata yang digunakan, bila anda gegabah mengekor, atau sok pintar
dengan menggunakan kata asing pahal anda sama sekali artinya maka akan
membahayakan diri sendiri.
3. Kata
– Kata Analogis Sering Menjerumuskan Dalam Perdebatan
Kata analogis adalah kata kiasan belaka, kita berusaha
menyamakan sutu barang dengan sifat barang lainnya. Suatu missal, manusia
mengerti dan binatang pun mengerti, tetapi mengertinya binatang dan mengertinya
manusia adalah sangat jauh berbeda bila ada tidak jelih dengan arti tersebut
tentu anda akan didebat orang lain kalau anda menyamakan bahwa manusia dan
binatang sama – sama mempunyai pengertian berarti kedua mahluk itu juga sama
artinya.
Anda tentu sependapat bahwa tuhan itu ada. Manusia juga
ada, tumbuhan ada juga. Tetapi arti ada disini jangan disamakan, manusia ada
dan jangan dilihat, begitu juga binatang dan tumbuhan tetapi adanya tuhan
adalah abtraksi jadi, bila kita menggunkan kata – kata yang analogis maka tak
akan dapat kita menarik kesimpulan.
Harimau sering juga mendapat sebutan yang istimewah.
Banyak orang yang mengatakan dengan kata raja hutan, disamakan dengan sebutan
seseorang yang memimpin Negara, tetapi apakah begitu halnya dengan harimau?
Tentu tidak karena dalam hutan tidak ada kerajaan dan harimau tak mungkin bisa
memimpin dan memerintah semua binatang yang ada ditempat itu.
Jadi perbandingan atau analogis bukanlah dasar yang
kuat untuk suatu pembuktian, sebab dari kesamaan sesuatu atau beberapa sifat
belum tentu dapat disimpulkan kesamaan dalam sifat lain.Akan tetapi, untuk
menjelaskan hal-hal yang agak sukar, maka sebaliknya anda sertai dengan contoh
– contoh dan perbandingan – perbandingan itu masuk diakal.yang terpenting
disini adalah contoh dan perbandingan-perbandingan itu ada kesamaan sifatnya.
Misalnya anda katakana bahwah “ Pikiran murid-murid itu diisi dengan
bermacam-macam ilmu” maka kita bisa menilai bahwah pikiran manusia itu tak
ubahnya bagaikan bak yang diisi dengan air.jika kita berhenti mengisi air maka
bak itu tidak akan penuh dan kita telah terus menerus menuangkannya kesana maka
air itu akan tumpah.dari contoh dan perbandingan itulah dapat kita jadikan
untuk menarik suatu kesimpulan atau pembuktian.
4. Nilai
Rasa Dan Kata – Kata Emosional
Mungkin Kita pernah menjumpai kata bahwa “ Ada seorang
ekstrims ditembak mati Oleh aparat pemerintah”. Kalimat diatas mengandung
kemungkinan bahwah nilai parasaan. Mungkin kita menafsirkan bahwa karena
melanggar aturan pemerintah yang berlaku maka orang itu ditembak mati. Akan
tetapi lain halnya dengan pemikiran orang lain yang simpatik terhadap orang
tersebut. Mungkin karena akan berpendapat bahwa teman ditembak mati karena
berjuang menegakkan keadilan, memperjuangkan rakyat yang tertindas oleh kaum
penguasa, Misalnya sifat “Tidak mudah dipengarui oleh orang lain” dapat
dilukiskan bahwa dia sudah cukup umur dan bersifat dewasa. Akan dapat juga
diartikan dungu dank eras kepala karena menutup diri dari saran – saran orang
lain.
Itulah sebabnya maka banyak orang yang belajar berbahasa
dengan tepat. Memang bahasa adalah alat interkomunikasi manusia, tanpa bahasa
mungkin kita sangat sulit berhubungan dengan lainnya. Kata – kata yang kita
ucapkan bukan saja sebagai penunkukan barang atau fakta – fakta yang konkrit,
tetapi dapat juga melukiskan perasaan manusia, yang disebut dengan nilai rasa.
Untuk dapat memahami kata nilai rasa, maka kita
harus mengerti arti kata atau kiasan – kiasan yang berlaku dalam masyarakat
disekitar kiata. Untuk setiap situasi dan kondisi kita pandai memilih
kata yang cocok dengan keadaan atau dengan nilai rasa yang hendak kita nyatakan
apabila seperti yang ada dalam contoh di atas dilontarkan karena merasa benci,
member dukungan, dan sebagainya maka dapat dikatakan kata yang emosional. Kata
– kata ini mengerakkan rasa atau perasaan kita bukan karena dorongan akal
melainkan perasaan emosional yang meledak – ledak, tanpa mengajak untuk
berpikir. Pemakaian kata – kata emosional dapat menghambat diri kita sendiri
dalam satu pemikiran, bahkan dapat mengacaukan jalan pikiran dan memustahilkan
berpikir sendiri secara obyektif. Sikap emosional adalah menutup mata
terhadap kenyataan,realitas yang ada.
Biasanya orang yang sedang marah atau kalap, maka
perbuatannya tanpa dipikirkan secara akal dan nalar. Dia didorong dengan
perasaanya (emosionalnya) yang meledak – ledak. Dalam situasi seperti ini akal
sudah tidak berperan lagi. Manusia yang marah pasti berpikir tanpa adanya
kesadaran dan keseimbngan pikiran yang lurus.akan tetapi pada suatu saat dia
akan kecewa dengan perbuatannya yang telah berlangsung.
Maka, orang
yang berbahagia dan tentram hidupnya ialah seorang yang setiap langkahnya
dipikirkan secara akal, dia melihat kenyataan- kenyataan dirinya, dan menarik
kesimpulan dari dua pertimbangan.
Sungguh mustahil jika orang yang hanya mengandaikan
emosinya bisa menang dalam perdebatan. Hanya dengan bekal emosi tanpa adanya
akal maka pikiran seseorang Akan menjadi simpang siur dan tumpang tindi .
berbeda sekali dengan seseorang yang berpikir secara tenang dan diam – diam
memutar otaknya, serta menghilangkan rasa emosinya dalam melontarkan gagasan.
Maka orang tersebut akan sempurna pikirannya.
5.
Membedakan Dan Menggolongkan Sesuatu Hal.
Kenyataan yang ada di dunia ini banyak ragamnya. Kita
melihat banyak hal- hal yang bermacam – macam yang terdapat disekitar kiat.
Tetapi didalam kebanyakan ragaman itu budi serta naluri kita masih dapat
melihat aturan-aturan yang ada.akal masih dapat membagi - bagi ,
mengolong-golongkan dan menyusun pengertian – pengertian serta barang- barang
menurut kesamaan dan perbedaannya.
Manusia dilengkapi dengan akal dan pikiran
sesungguhnya adalah diperintahkan untk memikirkan apa yang terdapat
disekitarnya. Manusia harus mampu menggolongkan mana- mana yang buruk dan yang
baik.Bila manusia sudah tidak bisa membedakan antara yang putih dan yang hitam,
maka manusia tersebut sudah hilang sifat kemanusiaannya.
Suatu missal anda seorang pengusaha atau seorang
pemimpin perusahaan, maka seharusnya anda tau pegawai yang bekerja sepenuh hati
dan yang setengah – setengah. Dari pengamatan anda itu lalu anda bisa
mengolongkan, si A adalah pekerja yang rajin, dan si B adalah pekerja yang
tergolong malas dengan klasifikasi yang teliti maka kemungkinan akan menekan
kerugian perusahaan anda.
Demikian juga seorang penjual, dia harus mampu
menggolongkan dan membedakan barang-barang yang bermanfaat atau yang laku dan
yang tidak laku. Harus mampu menggolongkan harga barng.
Begitu juga dalam ilmu pengetahuan, penggolongan ini
dirasa perlu sekali, karena untuk mengupas suatu persoalan kita harus dapat
menangkap bagian – bagiannya serta menguraikan unsure – unsurnya. Demikianlah
seluruh kenyataan kita golong – golongkan menjadi satu kesatuan yang
terperinci, dimana kita melihat dengan jelas kesamaan dan perbedaan- perbedaannya.
Suatu misal, kita ambil contoh barang – barang yang
ada disekitar kita seperti logam,kulit,besi, emas, batu, tegal, semen dan
lain-lain.semuanya itu dapat kita katagorikan sebagai bemda mati. Tetapi
benmda- benda mati itu ada perbedaannya menurut sifat – sifat yang terkandung
di dalamnya. Dari benda – benda itu masih kita bedakan menjadi barang atau
benda logam, batu dan lain – lain.
Di dalam
menggolongkan suatu hal maka yang diperhatikan adalah aturan – aturan yang ada
misalnya :
1.
Penggolongan
itu harus lengkap. Jika kita menggolongkan suatu hal maka bagian-bagian yang
kita pecah – pecah itu harus mencakup semua hal yang ada sehingga bila perinci
– perinci yang kita pecah – pecah itu, bila kita kembalikan maka tetap utuh
seperti sedia kalah
2.
Penggolongan
harus sungguh – sungguh memisahkan, maksudnya ialah bagian yang satu tidak
boleh mengndung bagian yang lain, tidak boleh tumpang tindi, golongan –
golongan harus dibedakan dengan jelas
3.
Penggolongan
harus menurut dasar yang sama, artinya harus konskuen dan tidak memakai dua
atau lebih dasar, sekaligus dalam pembagian yang sama.
4.
Penggolongan
harus cocok dengan tujuan yang hendak dicapai.
Orang yang
tak mau berfikir secara logis tentu menggolongkan suatu hal itu hanya dibagi
dua bagian saja.Dia menganggap di dunia ini hanya ada dua macam masalah.
Misalnya : putih – hitam, hidup – mati, kawan – lawan, baik- buruk,
pintar – bodoh dan lain sebagainya. Memang dia telah mempertentangkan suatu
hal. Tetapi tidak melihat hal – hal yang terkecil yang masih dapat di dedakan
lagi. Sikap inilah yang seharusnya tidak ada dalam pemikiran yang logis.
6. Kita
Harus Dapat Memberikan Pengertian Kepada Orang Lain.
Apabila telah dapat berfikir dengan baik, lalu
menyatakan pikiran itu kepada orang lain hal ini perlu ada perhatikan ialah
bagaimana menjelaskan pikiran ada terhadap mereka menjelaskan suatu masalah
dengan memberikan pengertian kepada orang lain.
Pemikiran
akan kacau apabila tidak dijelaskan dengan istilah – istilah tertentu maka
sering kita jumpai berbagai pertanyaan, apa itu, bagaimana maksudnya, apa
batasannya, apa artinya, mengapa demikian dan lain sebagainya.
Menyatakan maksud memang sangat mudah bila apa yang
kita jelasakan itu dapat kita tunjukkan. Anak anda mungkin suatu hari bertanya
kepada anda apa dan bagimana burung bio, maka tanpa menjelaskan dengan kata –
kata kita pun dapat memberikan penjelasan terhadapnya. Anda cukup mengajakannya
kekebun binatang dan menunjukan bahwa burung bio adalah seperti itu. Akan
tetapi bila anak anda bertannya tentang arti sesuatu hal yang bersifat abtrak
dan tidak bisa dilihat barangnya maka anda akan kesulitan untuk menerangkannya.
Bagaimana bila anak anda bertanya tentang batasan
kesediahan ? tentu anda sukar menjelaskan bukan? Nah, itulah pentingnya
seseorang mempelajarai ilmu berfikir secara nalar, serta pentingnya bahasa dan
perbandingan suatu hal.
Dalam hal tersebut diatas, maka untuk pertama akan
kita coba menjelaskan pada si anak dengan cara membandingkan antara kesdihan
dan kegembiraan namun bila anak itu masih belum puas dengan jawaban tersebut
maka terpaksa kita jelaskan dengan memilih kata – kata yang dapat untuk
menerangkan anti kesedihan itu dengan tepat dan jelas. Maka, tak ada, kesulitan
kiranya bila seseorang telah bisa berfikir secara logika, menggunakan akal. Berfikir
secara sempurna akan dapat membantu keberhasilan dalam hidup anda.
PENUTUP
Menurut saya
cara berfikir secara logis ini sangat baik apabila bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari – hari pastinya orang bisa berfikir secara logis dan bisa
berfikir nalar adalah melihat diri sendiri berfikir tentang menarik akibat dan
menarik kesimpulan. Janganlah berfikir dengan emosi, karena keinginan yang
membara maka anda tidak melihat sisi yang lain. Itulah sebabnya, mengapa
seseorang yang telah berhasil kemudian tiba – tiba mengalami depresi yang
hebat, mengalami kemerosotan kekayaan bahkan depresi jiwapun akan terpengaruh
juga. Oleh karena itu sangatlah penting mempelajari cara berfikir secara logis.
Demikian
makalah ini kami buat semoga bisa menjadi bahan rujukan atau sebagai bahan
batu, didalam ini pastilah banyak kekurangan untuk itu kami mohon saran serta
kritiknya yang bisa membangun, karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah
semata. Semoga bermanfaat… Amin.
Komentar
Posting Komentar